Halo smander, gimana dengan weekend nya ? semoga selalu enjoy ya bersama keluarga ataupun acara laennya ..
Pada posting kali ini densus coba tampilin stok lawas nich .. he he, bukan cuma lagu aja rupanya ada yang lawas .. walaupun lawas tapi sangat pas dengan momen Reuni Akbar Smanda 66/12, juga agak ngepasnya materi ini pernah densus posting di blog gretongan juga gak lama setelah moment Reuni Akbar 84 tahun lewat. Yang paling penting dari kesemuanya itu yang nulis adalah alumni smanda, rekan kita DR. Rina Martiara, M.Hum. Artikelnya dapet nodong bro .. karena temen kali Rina nya gak enak kalo sampe nolak .. hahaha, thanks ya Rin ..
selengkapnya ..
ditulis oleh : rekan DR. Rina Martiara, M.Hum
Selama ini kita cenderung menilai orang dari penampilan luarnya. Misal, cara berjalan, berbicara, berpakaian, melihat, duduk, makan, bekerja, berjabat tangan, mengatur rambut, dan semua hal yang tampak dari luar.
Tak heran jika ada kecenderungan orang “berjuang” mati-matian demi mendapatkan penampilan luar yang menawan karena penampilan lahiriah sangat mudah diatur, bahkan bisa dikamuflase. Setiap orang berpotensi menipu orang lain dengan penampilan yang keren, rapi, dan berwibawa.
Pada umumnya, kita berinteraksi dengan orang lain hanya secara temporal, misalnya waktu jam kerja, bahkan hanya beberapa jam saja. Oleh karena itu, orang yang paling tahu siapa kita adalah orang yang bergaul bersama kita dalam waktu yang panjang dan berkala.
Kualitas kepribadian memang bisa membuat seseorang itu sukses, tetapi hanya kualitas ”seseorang” atau sebuah karakter yang akan membuat seseorang bertahan di puncak kesuksesannya.
========
Thanks Rin, semoga edisi daur ulang ini merupakan awal dari tulisan temen2 alumni Smanda Bandar Lampung yang berkenan sharing dengan kita. Nulis lagi ya Rin, untuk April 2013 .. he he
Okeh lamon geheno, sikam haga tabik pai anjak mettei uppok dan sai hago kirim artikel langsung terbang ko ke email kami disini ..
Wassalam ..
salam hangat
dari markas
densus84
selengkapnya ..
ditulis oleh : rekan DR. Rina Martiara, M.Hum
Catatan untuk alumni Smanda
Jun meminta saya untuk berbicara di bulan April ini (waktu itu 2012), bulan kelahiran Raden
Ajeng Kartini, yang kata Jun
merupakan penghargaan untuk emansipasi
wanita, Saya berbicara bukan sebagai seorang wanita, Kartini, ataupun orang
yang mewakilinya. Saya berbicara dari sisi fitrah seorang manusia.
Merenung kembali ke masa SMA, dan bertanya-tanya dalam diri apakah yang
paling berharga dari para sahabat...?? Ternyata adalah “kenangan” Sangat
kusadari, betapa berharga kenangan itu....Betapa ingin, ku raih kembali
kenangan-kenangan dengan para sahabat, orang-orang yang membentuk karakter dan
kepribadian diri. Oleh karena kualitas seseorang tidak saja dibentuk oleh bobot
keturunannya, tetapi lingkungan dan
kualitas teman-temannya lah yang justru sangat mempengaruhi jalan kehidupannya
Inilah Tema yang ingin
kusampaikan “Karakter Diri”
Selama ini kita cenderung menilai orang dari penampilan luarnya. Misal, cara berjalan, berbicara, berpakaian, melihat, duduk, makan, bekerja, berjabat tangan, mengatur rambut, dan semua hal yang tampak dari luar.
Tak heran jika ada kecenderungan orang “berjuang” mati-matian demi mendapatkan penampilan luar yang menawan karena penampilan lahiriah sangat mudah diatur, bahkan bisa dikamuflase. Setiap orang berpotensi menipu orang lain dengan penampilan yang keren, rapi, dan berwibawa.
Penampilan luar seseorang sering disebut “etiket”.
Seseorang yang pandai membawa diri dalam setiap situasi, sering kali disebut
sebagai orang yang beretika. Akan tetapi orang yang beretika belum tentu mempunyai
kualitas kehidupan yang baik pula, karena yang dilihat orang lain pada umumnya
pada waktu seseorang dalam keadaan normal. Jika dia mengalami tekanan,
tantangan dan masalah, barulah muncul kualitas karakter yang sesungguhnya. Alat
uji yang sangat ampuh untuk mengetahui kualitas kehidupan seseorang adalah
“waktu”
WAKTU
PENGUJI YANG JITU
Pada umumnya, kita berinteraksi dengan orang lain hanya secara temporal, misalnya waktu jam kerja, bahkan hanya beberapa jam saja. Oleh karena itu, orang yang paling tahu siapa kita adalah orang yang bergaul bersama kita dalam waktu yang panjang dan berkala.
Dengan
begitu, tampaklah ekspresi-ekspresi tersembunyi pada waktu tertentu. Oleh karena
sesungguhnya seseorang tidak mungkin terus menerus menyembunyikan ”manusia”
dalam dirinya. Dari cara dia berjalan, bersikap, dan merespons sesuatu, sebenarnya kita
bisa mengenali temperamen atau karakter seseorang.
Ya, kualitus hidup tidak selalu identik dengan
kekayaan, kesuksesan, kepandaian, ataupun jabatan seseorang. Ada hal yang lebih
mendasar dari semua itu, yaitu karakter.
Seseorang
yang memiliki karakter yang kuat akan memiliki hidup yang berkualitas. Ia bisa
saja tidak memiliki apapun untuk dibanggakan, tetapi jika dia menempatkan
karakter sebagai yang utama, kehidupannya akan bersinar, lebih dari pada
pribadi yang lain. Keberadaan karakter seseorang akan tampak saat ia mengalami
tekanan, tantangan, masalah, ujian, dan percobaan. Oleh karena letaknya ”di
dalam”, karakter seringkali tidak terlihat.
Karakter
berbeda dengan kepribadian. Kepribadian adalah cara hidup atau etika hidup
seseorang yang bisa dilihat dan dirasakan orang lain di sekelilingnya.
Kepribadian seringkali tidak menunjukkan ”manusia dalam” atau karakter
seseorang.
Kualitas kepribadian memang bisa membuat seseorang itu sukses, tetapi hanya kualitas ”seseorang” atau sebuah karakter yang akan membuat seseorang bertahan di puncak kesuksesannya.
... Teman yang terhanyut arus waktu, mekar mendewasa...masih akan terus
kusimpan kenangan canda-canda kita..... Kembalilah sahabat
lawasku, semarakkan keheningan lubuk.... Bila nanti, bisa kuraih kalian sosok
yang mengaliri cawan hidupku....
.....Terima kasih untuk teman dan
sahabat..atas semua “kenangan” yang telah kalian torehkan dan mengaliri cawan
hidupku yang tetap lekat dalam perjalanan hidupku....
......Kenangan tersebut pasti akan selalu hidup, walau terkadang posisinya
(memang) seringkali timbul dan tenggelam....
No comments:
Post a Comment